HMPS Ilmu Hukum UIN Suka Menjawab Tantangan Masa Depan Islam
Thursday, March 1, 2018
Add Comment
![]() |
Sarasehan Takmir Masjid |
Sejarah penyebaran Islam di Indonesia tidak
bisa terlepas dari jasa besar masjid sebagai pusat syi'ar dan gerakan Islam.
Sayangnya, peran masjid sebagai media gerakan kini telah berubah warna akibat
terjadinya birokratisasi gerakan Islam. Berdasarkan pengamatan Gus Dur, hal itu dimulai ketika pada tahun 1984.
Soeharto selaku kepala pemerintahan Indonesia pada waktu itu melakukan upaya
Islamisasi, melalui berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Sebagai militer, Soeharto memilih untuk tidak
mengutamakan aspek budaya dari gerakan Islam, melainkan lebih menekankan pada
aspek institusionalnya saja. Muncul sebagai gantinya adalah penguasaan negara
atas agama. Aktivitas tersebut menguatkan peranan institusional dari gerakan
Islam, namun dalam waktu yang relatif cepat ia mengubah gerakan-gerakan Islam
menjadi lebih berorientasi kelembagaan daripada kultural, dan hal ini masih
terus terjadi hingga sekarang.
Karena gerakan-gerakan Islam kemudian cenderung
berorientasi institusional, maka gerakan islam dalam konteks tradisi semakin
terkikis dan suara gerakan keagamaan terbastarisasi oleh
kepentingan-kepentingan politik. Tidak jarang kita jumpai adanya dakwah-dakwah
keagamaan yang dijadikan komoditas politik. Padahal krisis multi dimensi,
seperti globalisasi yang saat ini
memasuki kehidupan kita sebagai bangsa dan kemunculan fundamentalisme
agama sebagai respon dari proses tersebut perlu diperhatikan. Bagaimana gerakan
Islam akan menanggulangi hal ini jika sudah tidak lagi independen? Bagaimana
gerakan Islam akan menanggulangi hal ini jika hanya sibuk dengan kepentingan
politis sesaat? Oleh karena itu, pentingnya mengembalikan independensi gerakan
Islam adalah mutlak adanya.
Untuk itu, masjid sebagai garda terdepan
sekaligus pusat kegiatan dan gerakan umat Islam. Maka, Himpunan Mahasiswa
Program Studi Ilmu Hukum bekerja sama dengan The-Falah
Institute Yogyakarta, menyelenggarakan sarasehan takmir masjid dengan mengusung
tema Masjid dan Birokratisasi Gerakan Islam: Harapan dan Tantangan. Sarasehan
takmir masjid ini diharapkan dapat memunculkan gagasan-gagasan segar untuk
memulai gerakan independensi gerakan Islam.
![]() |
Sambutan Oleh Ketua HMPS IH |
Selain itu, Kiai Kuswaidi Syafii, da'i dari
masjid Jenderal Sudirman, serta Dr. Fathur Rahman juga turut serta
menyumbangkan pemikirannya terkait Masjid dan birokratisasi gerakan Islam.
"Agar tidak tergerus oleh modernitas yang
menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Maka, kita sebagai generasi penerus,
dituntut untuk mengetahui sejarah agamanya. Sehingga semua yang menjadi
kekhawatiran tentang masa depan agama, tidak melulu jadi buah bibir masyarakat Indonesia" ujar Kyai Kuswaidi.
Acara
ini merupakan sebuah kegiatan diskusi terbuka yang menuntut keterlibatan
partisipasi aktif para audiens. Perumusan suatu permasalahan dan solusinya
secara kolektif dengan didukung suasana yang santai dan menyegarkan namun tetap
teratur untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama.
Reporter: Saiful Bari
0 Response to "HMPS Ilmu Hukum UIN Suka Menjawab Tantangan Masa Depan Islam"
Post a Comment